Kenapa Pasang Piggyback Harus lepas O2 Sensor?

Diposting pada

Pemasangan Piggyback sudah menjadi jamur diatas motor injeksi. Piggyback difungsikan sebagai pengolah data tambahan diluar sistem injeksi standart motor. Dipasangnya piggyback untuk memenuhi kebutuhan maping ulang asupan BBM serta timing pengapian yang tidak bisa dipenuhi oleh motor standart. Pemasangan piggyback diharapkan bisa membantu memperbaiki kinerja motor baik penggunaan harian maupun di ajang kompetisi. Pemasangan piggyback diharapkan bisa memperbaiki power syukur syukur bisa nyumbang dalam naiknya horse power (hp).

Dalam dunia motor injeksi ada istilah close loop dan open loop. Untuk pembeda paling mudah dari kedua jenis injeksi tersebut adalah adanya sensor O2 di motor (Gbr. dibawah). Pada jenis injeksi open loop tidak memakai sensor O2 di ujung kenalpotnya, sedangkan pada jenis close loop memakai sensor O2. Karena memakai sensor O2 makanya perlu perlakuan khusus ketika dipasang piggyback. Pemasangan piggyback disarankan menonaktifkan sensor O2, alasannya karena O2 sensor sendiri bekerja sebagai sensor pembantu untuk mengoreksi O2 hasil pembakaran.

keyless

Jika sensor O2 terpasang, maka setting yang kita lakukan melalui piggyback akan sia-sia, terutama pada mapping BBM. Hal ini dikarenakan semua pembacaan kadar O2 akan berakhir di ECU. Kalau sudah masuk ke ECU, sama saja setingan yang kita lakukan bohong! Ujung-ujungnya setingan motor akan dikembalikan stadart (ideal). Jadi disarankan kalau pasang piggybak lebih afdholnya O2 sensor harus dilepas, meski di beberapa motor kerja O2 tidak begitu berpengaruh, namun tetap menagguhkan O2 sensor seringkali kang Majid lakukan ketika pasang piggyback lokal, piggybak ini produksi Iquteche, piggyback ini namanya Fuel Adjuster. Kalau penasaran bisa cek artikel tentang Fuel Adjuster disini. Oh iya…jika ada yang belum paham tentang sistem injeksi open loop dan close loop, dibawah ini ringkasan penjelasan lebih lengkapnya. Disimak ya!


Perlu diketahui bahwa sistem kerja controller open loop dan close loop ini ternyata bukan hanya ada di kendaraan saja, melainkan peralatan elektronik yang sering kita jumpai ternyata banyak yang menggunakan sistem kerja tersebut. Peralatan apa yang memakai sistem ini? Coba dipahami dulu insya Allah nanti ngerti. Mari kita bahas secara umum supaya bisa di cerna.

Open Loop :

Dalam sistem injeksi ada komponen yang disebut ECU/ECM. ECU sendiri memiliki kepanjangan Engine Control Unit, ECU merupakan otak dari sistem injeksi, pada motor karbu peranan ECU bisa diumpamakan sebagai CDI, meski secara prinsip kerja beda jauh. Kerja ECU menerima inputan dari setiap sesor yang ada, seperti sensor Intake Air Pressure, Intake Air temperature, TPS, CPS dan kawan-kawannya. Ketika ECU menerima inputan dari sensor, ECU mengambil tindakan dengan memerintah komponen actuator untuk bekerja, tindakan kerja disesuaikan dengan inputan tiap sensor yang diterima oleh ECU. Di motor injeksi open dan close loop lebih mengarah pada rasio perbandingan campuran udara dan bahan bakar (AFR), dimaksud open loop karena hasil akhir pembakaran yang keluar melalui kenalpot tidak berpengaruh pada proses pembakaran selanjutnya. Cici-ciri fisik motor injeksi yang masih menggunakan sistem open loop adalah tidak ditemukannya sensor O2 di leher kenalpot, dan perlu digaris bawahi, untuk AFR disetiap kondisi motor besar kemungkinan berbeda. Dibawah ini skema kerja open loop.

 

Meski pembakaran saat itu menunjukkan kaya, miskin atau ideal, tidak bakal berpengaruh pada proses pembakaran selanjutnya. Kenapa? Pasalnya tidak ada inputan balik (feed back) yang masuk ke ECU, tidak ada laporan masuk ke ECU, jadi tidak ada koreksi untuk proses perbaikan selanjutnya. Kalau boleh dibilang, disitulah kekerungan dari sistem open loop. Kenapa? Jika ditemukan pembakaran diluar ideal, maka sulit di kontrol/diseting secara otomatis oleh ECU. Tidak hanya itu, disetiap kerja, kondisi lingkungan yang berbeda membutuhkan kalibrai manual yang berbeda. Terus apakah AFR bisa diperbaiki? Pada sistem open loop AFR bisa diperbaiki, namun untuk memperbaikinya butuh kalibrasi secara manual, seperti seting air screw, setting CO dan lain sebagainya. Contoh sederhana jika ada yang ganti kenalpot racing/brong…mekanik akan setting nilai CO. 

Dibalik kekurangan yakinlah pasti ada kelebihan. Karena tidak ada inputan balik (feed back) mengenai hasil pembakaran, manipulasi AFR secara manual bisa dilakukan dengan mudah pada sistem open loop ini. Mau kaya, miskin, bisa dilakukan tanpa adanya tolakan dari ECU. Kok bisa? sekali lagi ECU tidak memiliki jangkauan untuk mengoreksi hasil pembakaran. Makanya disini yang suka pakai piggyback sangat berbahagia, karena seting yang dilakukan cepat terwujud. Bahkan karena tergiur mengenai kelebihan tersebut, ada loh yang merubah sistem close loop jadi open loop.

Close Loop :

Jika open loop kurang bagus untuk perbaiki penyimpangan hasil pembakaran di ruang bakar, untuk close loop ini kebalikannya, masalah hasil pembakaran yang kurang baik bisa diperbaiki dengan cepat, hal ini karena adanya feed back/inputan hasil pembakaran akhir yang dilaporkan ke ECU. Inputan inilah yang membuat kinerja pembakaran yang kurang baik bisa diperbaiki pada proses pembakaran berikutnya, karena inputan tersebut maka sistem injeksi ini disebut menganut sistem close loop. Dibawah ini skema sistem close loop.

Cici-cici sistem injeksi close loop sendiri adalah adanya sensor O2 yang ada di leher kenalpot dan AFR disetiap kondisi mesin akan selalu sama yakni (14,7 : 1). Sensor O2 ini memiliki satu kabel saja, sensor O2 difungsikan sebagai sensor pengoreksi/pemantu kondisi 02 hasil pembakaran bahan bakar di ruang bakar. O2 bekerja dengan cara membandingkan O2 (oksigen) usai pembakaran dengan O2 di luar, hasil perbandingan O2 ini dikonversikan oleh ZrO2  (Zirconia Electrolyte) menjadi arus listrik. Zirconia Electrolyte atau juga disebut zirconium merupakan zat kimia yang terdapat dalam stuktur sensor O2. Saat ZrO2 terkena oksigen yang tercampur dalam gas buang, maka terjadilah reaksi kimia yang kemudian menghasilkan tegangan listrik.

Yang dimaksud informasi ke ECU adalah berupa tegangan listrik yang dihasilkan oleh O2 sensor sendiri. Tegangan inilah yang kemudian dikirim ke ECU sebagai informasi hasil pembakaran yang terjadi di ruang bakar. Nah tegangan yang dikirim maksimal 1Volt, range yang dikirim ke ECU antara 0 sampai 1 Volt. Itupun tiap tegangan listrik mempunyai arti loh, dimana tegangan dibawah 0,5 Volt menunjukkan campuran miskin. Sedangkan tegangan di atas 0,5 volt adalah campuran kaya. Jika tegangan 0,5 Volt yang dikirim maka saat itu campuran atau pembakaran ideal telah tercapai.

Dalam pemakaian sistem close loop sudah pasti ECU jauh lebih maju/rumit daripada ECU yang digunakan pada sistem injeksi open loop, hal ini karena cara kerjanya memerlukan algoritma program mikrokontroler yang cukup panjang. Kelemahan dari sistem ini untuk mengatur ulang AFR tidak bisa manual, diperlukan sebuah controller diluar ECU yang dilengkapi software komputer untuk bisa merubah maping yang ada di ECU. Bisa pakai manual namun bukan merubah maping ECU, melainkan mengelabuhi input/feedback yang masuk ke ECU, biasanya penerapan ini bernama manipulator, trik ini umumnya diterapkan di O2 atau bisa juga O2 dilepas dan diganti dengan manipulator. Manipulator yang banyak dipakai berbetuk pontensiometer/tahanan geser.

Kalau manipulator kerjanya manipulasi data yang dilaporkan ke ECU, untuk cara lain bisa juga di tempuh dengan manipulasi hasil output yang diberikan oleh ECU, kebalikannya ya. Seperti piggyback Fuel Adjuster Iquteche, berbasis micro controller dan software di komputer atau android, piggybac ini bisa digunakan untuk memanipulasi kembali data yang dikeluarkan oleh ECU yang menuju injector. Signal dari ECU bisa diubah sesuai kebutuhan yang kita mau. Boros, irit, standart bisa dilakukan. Dan Efeknya cuz plenk…manjur, pasalnya yang dimanipulasi hasil output yang sudah dikeluarkan oleh ECU. Untuk Fuel Adjuster bisa chek dibawah ini artikelnya.

http://cicakkreatip.com/2017/01/22/piggyback-fuel-adjuster-iquteche-motor-injeksi-dongkrak-power/

Untuk kelebihan close loop tentu AFR bisa terkontol dengan stabil, hasil pembakaran bisa stabil, jika ada kesalahan dalam AFR bisa langsung diperbaiki. Dan tentunya kinerja mesin disetiap kondisi kerja bisa sama tanpa adanya seting ulang. Untuk sistem close loop yang maju, O2 sensor sudah dibekali dengan internal resistor, warmer atau pemanas. Gunanya apa? warmer dibutuhkan untuk menaikkan suhu O2 dengan cepat, pencapaian suhu O2 sensor yang cepat akan berdampak pada aktifnya 02 dengan cepat. Hal ini berdampak positif pada kinerja mesin yang selalu terjaga rasio AFR-nya. Yupz itu artikel tentang piggyback dan O2 sensor. Lega rasanya bisa nulis plong seperti ini, ngantuk ngak bacanya? sengaja memang hehehe :D yuk kasih komentarnya di kolom komentar…komen apa saja pokoknya edukatif, no sara tapi yes menghibur :D (cicakkreatip)

Gambar Gravatar
Saya kang Majid selaku admin sekaligus penulis di cicakkreatip.com. Blog ini kang Majid kelola secara independen, mudah mudahan semua artikel yang ada di Blog ini bisa bermanfaat bagi teman teman sekalian. Jika perlu menghubungi kang Majid bisa melalui contact ini ; WhatsApp/Telp/SMS (085 733 637 733) E-Mail (adm.cicakkreatip@gmail.com) Happy reading :)

3 thoughts on “Kenapa Pasang Piggyback Harus lepas O2 Sensor?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.