Jika masih ada orang naik kendaraan bermotor belok atau pindah lajur tanpa menggunakan lampu sein atau riting, bisa dikatakan mereka-mereka merupakan orang warisan abad ke 18 hehehe. Kenapa..? sudah jelas, di abad tersebut memang kendaraan yang digunakan masih belum dilengkapi dengan lampu riting, jika belok masih menggunakan media suara atau isyarat lainnya yang bisa dibilang belum sempurna seperti sekarang ini. Bermula penggunaan isyarat pakai mulut, hingga menjelmah sebagai lampu…bagaimana sejarahnya…? yuk kita coba ketahui sejarah lampu riting lebih jelas.
Seperti yang kang Majid katakan diatas, abad 18 memang belum kenal lampu riting, boro-boro riting, saat itu kendaraan masih sederhana banget, tak lebih seperti kendaraan yang masih eksis sampai sekarang seperti delman, dokar atau kendaraan sejenis yang digerakkan oleh tenaga hewa seperti kuda kerbau dan lain sebagainya. Barulah di saat peralihan abad, muncullah kendaraan yang lebih modern, tenaga hewan perlahan digantikan oleh mesin, kala itu ditemukanlah mesin tenaga uap yang menurut sejarah mesin tersebut ditemukan oleh Nicholas Cugnot dari Inggris. Berawal dari penemuan tersebut, pakar-pakar orang pintar lainnya terpicu untuk mengembangkan mesin dengan penemuan yang lebih hebat, seperti yang bisa kita jumpai sekarang ini.
Kecepatan kendaraan pun makin memadai, yang awalnya pakai kuda tembus 20 km/jam, pakai mesin bisa tembus 50 km/jam di masanya. Namun demikian…selain menguntungkan untuk mobilisasi, di sisi lain banyak terjadi kecelakaan antar kendaraan maupun pengguna jalan, terutama kecelakaan di persimpangan jalan, hal ini dikarenakan tidak tersedianya isyarat tanda belok pada kendaraan. Seiring dengan berjalannya waktu, muncullah isyarat-isyarat yang digunakan dalam berkendara, dibawah ini merupakan urutan isyarat berdasarkan dari metode isyarat yang alakadarnya sampai terbentuk-nya isyara yang saat ini lebih kita kenal dengan sebutan lampu reting atau sein.
1. TERIAKAN :
Yang pertama, isyarat yang digunakan saat belok ataupun menepi adalah dengan suara. Teriak…ya, untuk memberi isyarat kepada pengguna jalan lain adalah dengan metode teriakan. Teriakan digunakan di saat itu, namun metode ini kurang efektif, bagaimana dengan pengguna yang mohon maaf Tuna Wicara (bisu). Dan kalau dalam perjalanan sering berbelok, lama kelamaan bisa ndomble mulutnya hehehe. Hal ini dirasa kurang efektif, maka dari itulah dikembangkan lagi dengan penemuan yang tidak menggunakan tenaga dari manusia.
2. SUARA :
Capek pakai teriakan, barulah sekitar tahun 1920-an, ditemukanlah metode suara dengan menggunakan lonceng atau peluit uap (Gbr.diatas), kalau pernah melihat saat kereta uap melintas, pasti peluit uap-nya berbunyi..tut…tut…tut. Pabrikan kendaraan di Jerman mulai menerapkan lonceng dan peluit. Cara kerja lonceng sendiri jika lonceng atau peluit bunyi satu kali, maka kendaraan saat itu mau belok ke kanan, jika bunyi dua kali kendaraan mau berbelok ke kiri, jika tidak ada bunyi lonceng, kendaraan berjalan lurus. memang tidak pakai acara teriak teriak, namun tetap metode ini masih memiliki kelemahan. Apa kelemahan-nya? kelemahan lonceng atau peluit jika kondisi jalanan penuh dengan kendaraan, suara gaduh membuat suara lonceh kalah dan kalau banyak kendaraan suara lonceng saling bersautan, jadinya bingung. Makanya dikembangkan lagi…samapi menuju penggunaan lampu.
3. LAMPU :
Isyarat ini yang sekarang kita pakai, pakai lampu. Kurang lebih di tahun 1930, atas saran seorang penduduk lokal Inggris, dibuatlah sebuah alat indikator yang berupa lampu tambahan yang dipasang persis di samping lampu penerangan utama. Indikator ini ternyata sangat efektif dan lebih mudah digunakan. Pengendara cukup menekan tombol kontak yang tersambung dengan lampu indikator seperti yang sekarang ini kita gunakan. Lampu tersebut dikenal dengan nama Light Sein, dan untuk orang indonesia sendiri mengenal dengan sebutan lampu Reting. Penemuan ini sampai sekarang dipakai untuk standart motor pabrikan seluruh dunia.
Setidaknya itulah sejarah lampu riting atau lampu sein. Mulai dari metode alakadarnya sampai metode moderen yang kang Majid rangkum dari berbagai narasumber. Semoga artikel ini bisa bermanfaat, artikel ini boleh dengan bebas di share ataupun di copy-paste hehehe :D Silahkan ditambai artikel ini di kolom komentar jika kurang lengkap, dan apabila punya pengalaman menarik tentang lampu sein atau riting, silahkan juga di share….(cicakkreatip)
*Sumber pendukung :
http://kepo.review , http://sekedar-tahu.blogspot.co.id/ , www.brilio.net/